Surabaya, (jatimterkini.com) – Kegiatan Peneleh Heritage yang digelar Komunitas Begandring, merupakan bagian ikhtiar pemulihan sektor pariwisata. Khususnya wisata heritage Surabaya. ‘’Kami dari AHLI Jatim tentunya berkepentingan untuk selalu mendorong dengan upaya yang konkret dan terukur,’’ kata Ketua DPD AHLI Jatim, Rahmad Ramadhan M, SH., di Surabaya Minggu (17/10).
Dalam waktu dekat, kata dia, setidaknya seluruh anggota AHLI Jatim akan melihat langsung wisata heritage agar komponen sektor BPW, Hotel, Pendidikan serta sektor makan minum (kuliner) dapat mengeksplor demi kebutuhan masing-masing.
Kegiatan Surabaya Urban Track, Heritage Walk, di Peneleh dihadiri Dyah Katarina dari Komisi D DPRD Surabaya yang berkesempatan memberangkatkan dan mengikuti sepanjang perjalanan selama dua jam.
Menurut catatan Nanang Purwono, Kabid Hubungan Kerjasama DPD AHLI Jatim, Peneleh Heritage Walk tidak hanya sekedar jalan jalan nostalgia. Tapi kegiatan yang berbasis sejarah lokal ini juga untuk mendorong pemangku kebijakan kota untuk lebih serius mengelola aset cagar budaya.
‘’Ketika kondisi bangunan atau kawasan cagar budaya yang ada di kota Surabaya hanya begitu-begitu saja dan apa adanya saja sudah bisa menarik perhatian publik baik dari wisatawan, akademisi dan pelajar, maka akan semakin lebih representatif jika kondisinya lebih diperhatikan dan ditata dengan baik,’’ tulis Nanang, dalam akun FB nya.
Kekuatiran pembiaran bangunan dan kawasan cagar budaya dan apalagi bengunan dan kawasan yang belum berstatus cagar budaya tetapi berpotensi sebagai cagar budaya, maka cepat atau lambat kondisinya bisa semakin buruk dan punah. Contoh dari kepunahan dan hilangnya cagar budaya sudah pernah terjadi.
Peneleh Heritage Walk tidak sekedar jalan jalan nostalgia. Tapi kegiatan yang berbasis sejarah lokal ini juga untuk mendorong pemangku kebijakan kota untuk lebih serius mengelola aset cagar budaya. Ketika kondisi bangunan atau kawasan cagar budaya yang ada di kota Surabaya hanya begitu begitu saja dan apa adanya saja sudah bisa menarik perhatian publik baik dari wisatawan, akademisi dan pelajar, maka akan semakin lebih representatif jika kondisinya lebih diperhatikan dan ditata dengan baik.
Kekuatiran pembiaran bangunan dan kawasan cagar budaya dan apalagi bengunan dan kawasan yang belum berstatus cagar budaya tetapi berpotensi sebagai cagar budaya, maka cepat atau lambat kondisinya bisa semakin buruk dan punah. Contoh dari kepunahan dan hilangnya cagar budaya sudah pernah terjadi.
Belum lama ini, terdengar kabar bahwa pemerintah kota Surabaya mengajukan Raperda Pengelolaan Cagar Budaya ke DPRD Kota Surabaya, maka Raperda yang selanjutnya akan menjadi Perdana ini bisa menjadi payung hukum terhadap pengelolaan dan pemanfaatan bangunan dan kawasan cagar budaya di kota Surabaya. Artinya, keberadaan cagar budaya di kota Surabaya akan lebih terperhatikan keberadaannya.
Selama ini, Surabaya memiliki kekayaan cagar budaya tapi belum semaksimal mungkin termanfatakan. Jika keberadaan cagar budaya itu terkelola dengan baik, tentu akan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Contohnya, untuk kebutuhan pendidikan, penelitian, budaya dan pariwisata seperti yang digelar melalui program Heritage Walk. (bambang wili)