JatimTerkini.com
Headline JTHukrimSurabayaTerkini

Minta Perlindungan Presiden Prabowo, Orangtua Korban Sengatan Kabel Listrik AC di Sekolah Butuh Keadilan

Orangtua korban, Tanu Hariyadi, bersujud meminta perlindungan Presiden Prabowo. Foto: ist

Surabaya-JATIMTERKINI.COM: Tanu Hariyadi, orangtua Steven Sukha Hariyadi, korban sengatan kabel listrik AC di sekolah kecewa atas pembatalan cek TKP (Tempat Kejadian Perkara) oleh Polrestabes Surabaya, Jumat (9/5/2025), di SMPK Angelus Custos, kawasan Krembangan, Surabaya.

Bahkan, bapak dari tiga orang anak ini meminta perlindungan dari Presiden Prabowo Subianto dalam mencari keadilan atas tewasnya anak lelakinya tersebut.

“Saya benar-benar memohon ke Pak Prabowo Subianto, Kapolri, Kapolres, dan bapak penyidik, mohon, mohon, mohon, mohon, benar-benar mohon,” ujar Tanu seraya meneteskan air mata.

Dalam kesempatan itu, Tanu kembali menyampaikan bahwa dia dan keluarganya hanya butuh keadilan atas kasus yang diduga disebabkan oleh sarana dan prasarana sekolah yang kurang terawat tersebut.

“Tolong kebenaran dibongkar. Anak kucing saja kalau meninggal kita kubur baik-baik. Saya enggak tahu kenapa ditunda. Saya masih berpikir positif penyidik bersikap profesional,” tandas Tanu.

Ia pun mengaku siap untuk bersujud dengan harapan kejanggalan atas tewasnya anaknya segera terungkap. Tak lama kemudian, Tanu terjatuh dengan membungkuk ke tanah.

“Saya mohon, Pak Prabowo, semuanya, Kapolri, Kapolda, Kapolres, tolong bijaksana, tolong, tolong. Kalau hari ini saya sujud, saya benar-benar minta tolong, saya sujud,” ujar Tanu lagi.

Christine, ibu korban akhirnya merangkul suaminya yang sudah bersujud di tanah. Dengan berlinang air mata, Cristin yang sempat shock dan hendak bunuh diri itu memapah tubuh suaminya.

“Aku mohon keadilan, kalau perlu ganti nyawa enggak apa, ganti nyawa saya. Mana ada orangtua mau anaknya (meninggal) begini. Ini bukan anak kucing, ini anak manusia, tolong,” terangnya.

Sebelumnya, Tanu mengatakan kepada awak media, bahwa kejadian itu berawal saat anaknya berniat mengerjakan ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) dengan temannya pada Senin (28/3/2025). Kemudian, korban bersama sejumlah temannya pun tiba di bangunan yang berada di kawasan Krembangan tersebut sekitar pukul 11.23 WIB. Namun, sekolahnya ketika itu sedang libur. Oleh karena itu, korban serta beberapa temannya melihat tangga menuju kelasnya dalam kondisi ditutup.

Dan, lapangan sekolah dipakai siswa SMA untuk kerja kelompok. Dikatakan Tanu, sejumlah anak-anak yang masih dibawah umur itu memutuskan untuk mengerjakan tugasnya di rooftop sekolah lantai empat. Namun, korban diduga tersengat listrik saat tak sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas.

“Putra saya berteriak, (katanya) aku kesetrum, lalu mematung selama sekitar 40 detik. Akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar,” papar Tanu.

Selanjutnya, korban dibawa ke Rumah Sakit (RS) Adi Husada di Jalan Undaan Wetan. Tetapi nyawa korban tak tertolong sekitar pukul 12.35 WIB.

Bahkan, jelas Tanu, dalam jenasah anaknya terdapat bercak-bercak merah akibat sengatan listrik bertegangan tinggi di sekolah tersebut.

“Saat saya memandikan jenazah, saya melihat luka di kakinya, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengannya. Dugaannya, urat syarafnya putus,” jelas Tanu.

Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi, kepada awak media membenarkan laporan dari keluarga korban. Ia menyatakan bahwa pihaknya masih mendalami kasus tersebut.

“Sudah dilakukan klarifikasi saksi-saksi sebanyak 5 orang termasuk dari pihak sekolah,” tambah Rina. (rud)