JatimTerkini.com
Headline JTJakartaPolitikTerkini

Fraksi PKS DPR RI desak audit seluruh Smelter

Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto. Foto: dok PKS

JATIMTERKINI.COM: Komisi VII DPR RI kembali angkat bicara soal ledakan Smelter yang menelan korban jiwa 13 orang pekerja, beberapa waktu lalu.

Mulyanto, anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS meminta semua smelter dilakukan audit secara ketat. Pasalnya, perusahaan asal China itu kerap terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban jiwa.

“Audit harus dilakukan secara profesional, objektif dan menyeluruh terhadap aspek keamanan dan keselamatan kerja. Jangan sampai karena ada pertimbangan politik, Pemerintah mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan itu,” tegas Mulyanto dalam maklumat tertulisnya.

Diketahui, terjadi ledakan hebat di smelter PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah, Minggu (24/12/2023) lalu. Pemerintah dianggap perlu menghentikan sementara (moratorium) semua operasional smelter perusahaan asal China di Indonesia.

“Kita perlu tahu kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan,” kata dia.

Mulyanto mengatakan, sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar alat kerja di smelter-smelter milik China diimpor dari negara tersebut. Bahkan sampai komponen terkecil seperti baut dan mur.

“Karena itu kita perlu tahu kualitas barang yang selama ini dipakai untuk menunjang operasional smelter. Jangan-jangan barang dan suku cadang yang dipakai tidak memenuhi syarat yang ditentukan,” kata politisi dari Fraksi PKS ini.

Mulyanto sangat prihatin kecelakaan kerja terjadi lagi di smelter, perusahaan China. Kali ini menyebabkan paling sedikit 35 orang korban, di mana sebanyak 13 orang meninggal dunia. Padahal beberapa waktu sebelumnya terjadi kecelakaan kerja di smelter PT. GNI yang mengakibatkan 2 orang meninggal dunia.

“Ini ledakan terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter milik perusahaan China di Indonesia. Pemerintah agar sungguh-sungguh untuk menindaklanjuti kasus ini. Kita perlu tahu apa penyebab dari ledakan smelter tersebut, apakah karena faktor lemahnya keandalan pabrik, murni faktor kelalaian manusia, atau ada sebab-sebab lain. Pemerintah bertanggung-jawab untuk mengusut tuntas kasus ini,” jelas Mulyanto.

Mulyanto menyebut peristiwa itu harus menjadi pelajaran berharga sehingga harus benar-benar dipahami dan menjadi momentum untuk mengevaluasi semua kesepakatan kerjasama dengan perusahaan China.

“Pemerintah harus mencari akar-masalahnya. Sehingga dapat dicegah kejadian seperti ini berulang di masa depan,” papar dia.

Sedangkan soal korban dan keluarga korban, lanjut Mulyanto, PT ITTS wajib bertanggung-jawab dalam pengobatan, perawatan, pemakaman dan pemberian santunan. (rudi)