JatimTerkini.com
Headline JTHukrimJakartaNasionalTerkini

Soal sengketa di Laut Natuna, pemerintah lebih memilih cari kawan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto. Foto: ist

JATIMTERKINI.COM: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto menegaskan bahwa mencari kawan dan menjalin pertemanan di Laut Cina Selatan (LCS) merupakan hal yang sangat penting.

Menurut dia, Indonesia telah berkomitmen untuk bekerja sama dan mencari peluang kerja sama di wilayah LCS.

Hadi Tjahjanto mengatakan, upaya penting Indonesia dalam mengelola konflik di Laut Cina Selatan dilaksanakan melalui jalur diplokasi 1,5 atau track 1.5, yang tidak hanya melibatkan pemerintah tetapi juga akademisi, think tank, dan para ahli. Workshop on Managing Potential Conflicts in the South China Sea yang dilaksanakan secara berkala sejak tahun 1990 menunjukkan bahwa di tengah ketegangan kawasan di LCS akibat tumpang-tindih klaim maritim, ruang kerja sama terbuka, dan Confidence Building Measure, masih diperlukan untuk menghindari eskalasi konflik.

“Workshop telah menjadi saksi bahwa di tengah-tengah perubahan dunia yang tidak menentu dan lanskap regional yang terus berubah, kita telah menunjukkan komitmen kuat untuk bekerja sama dan mencari peluang kerja sama di wilayah LCS. Sebagaimana tema Webinar ini, mencari kawan dan menjalin pertemanan di LCS merupakan hal yang sangat penting,” kata Menko Polhukam Hadi saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Menjaga Kedaulatan dan Mencari Kawan di Laut China Selatan secara hybrid.

Dalam merespon permasalahan LCS di bidang pertahanan dan keamanan, kata Menko Hadi, pemerintah telah mendorong program Major Project dalam upaya penguatan keamanan Laut Natuna melalui kecukupan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dan peningkatan Sarana dan Prasarana Satuan Terintegrasi TNI, sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024.

“Kita dapat melihat permasalahan di LCS melibatkan banyak pihak. Perlu kehati-hatian dalam menangani konflik dan menyikapi dinamika situasi yang berkembang,” kata Hadi lagi.

Menurut mantan Menteri ATR/BPN ini, salah perhitungan dapat membawa Indonesia pada situasi konflik yang akan merugikan bersama. Karena RRT merupakan mitra komprehensif strategis bagi Indonesia dan ASEAN, yang memiliki peran sentral dalam perdamaian dan stabilitas kawasan.

“Penting untuk terus kita engage di semua lini, baik melalui dialog dan kerjasama praktis di Laut China Selatan,” tegas Hadi.

Hadi berharap, forum ini dapat menjadi tempat diskusi terbuka dalam upaya diplomasi dan pertahanan Indonesia dalam menjaga kedaulatan sekaligus menjaga perdamaian.

“Pemerintah Indonesia akan selalu mengedepankan cara-cara dialog yang damai dalam menghadapi konflik di Kawasan dan tentunya mengedepankan prinsip penghormatan terhadap kedaulatan masing-masing negara,” paparnya.

Sementara, webinar diselenggarakan oleh Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) bersama Litbang Kompas. Hadir dalam acara tersebut Dubes Berkuasa Penuh RI untuk Filipina Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo, Co-Founder ISDS Erik Purnama dan peneliti Litbang Kompas Dimas Okto Danamasi. (Rud)