JatimTerkini.com
ArtikelTerkini

Jangan Alergi Kritik

Oleh Nanang Fachrurozi, SIP - Redaktur/Wartawan
Oleh Nanang Fachrurozi, SIP – Redaktur/Wartawan

Dalam ajaran Islam, kritik termasuk dalam ajaran amar makruf nahi mungkar (QS Ali-Imran: 110). Kritikan kerap kali sulit dihadapi. Namun demikian, Nabi Muhammad SAW bisa menjadi teladan untuk menerima kritikan dengan rendah hati dan menjadikannya masukan positif.

Bagi umat Islam, amanah kepemimpinan bukan sekadar hasil persidangan atau pilihan mayoritas rakyat, melainkan pula mandat dari Allah sebagai penyampai nasihat-Nya. Diriwayatkan dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dariy bahwa Rasulullah saw bersabda, ­”Agama itu adalah nasihat.”

Hadis itu menerangkan bahwa agama adalah nasihat berbagai pihak, termasuk di dalamnya adalah nasihat para pemimpin bagi seluruh rakyatnya dan begitu pula sebaliknya, nasihat kaum Muslimin kepada pemimpin dan juga sesamanya.

Pesan spiritual terhadap kepemimpinan berdasarkan hadis tersebut adalah pertama, menegaskan bahwa ketika seseorang terpilih sebagai pemimpin, sesungguhnya ­Allah telah mengangkatnya sebagai wakil di bumi-Nya.

Pemimpin ditempatkan pada barisan keempat ­setelah Allah swt, kitab-Nya, dan rasul-Nya, sebagai pengemban syiar kebaikan dan kebenaran. Kedudukannya begitu strategis, mencakup wilayah yang luas dan jumlah umat yang banyak.

Karena inti ­agama adalah nasihat dan salah satu pemilik nasihat adalah pemimpin, tugas utamanya adalah membawa misi ketuhanan Yang Maha Esa (tauhidullah), menunaikan salat dan zakat, memfasi­litasi warganya melakukan kebaikan serta beramar makruf dan nahi munkar (QS Al-Hajj:41).

Sudah seharusnya ‘pejabat atau Pemimpin’ baik pemerintah, lembaga, instansi, institusi, parpol, penyelenggara pemilu, atau apapun selama masih ‘menjabat’ adalah amanah dan tanggung jawab yang diemban sebagai ‘jabatan’ sementara.

Kritik hakikatnya adalah suatu ungkapan atau tanggapan atas suatu peristiwa atau suatu hal yang menggunakan pertimbangan atau kajian baik buruk dalam rangka untuk memperbaiki peristiwa atau hal tersebut. Dengan pengertian seperti itu, kritik adalah upaya untuk memperbaiki keadaan.

Kita selalu melihat di tengah-tengah masyarakat begitu banyak kritik yang datang dari berbagai kalangan dalam rangka memperbaiki keadaan, mengajukan ungkapan atau tanggapan yang menggunakan pertimbangan baik buruk dalam rangka perbaikan kehidupan kita bersama.
Islam mengajarkan bahwa semua tindakan, termasuk di dalamnya kritik, itu tergantung dari niatnya.

Kritik selama tujuannya untuk perbaikan kehidupan bersama dan dilakukan dengan cara yang tidak bertentangan dengan norma dan etika, maka sekeras dan setajam apapun kritiknya, selama berada dalam koridor itu adalah sesuatu yang baik.

Namun sebaliknya, kalau kritik tidak berdasar, dengan hinaan, hujatan, cercaan, maka tentu Islam tidak menghendaki hal-hal yang mendatangi kerusakan.

Ajaran Islam menegaskan, kalau kita ingin mengajak kebaikan sampaikanlah itu dengan penuh hikmah dengan kebaikan dan sampaikan dengan kata-kata dan nasehat yang baik.
Kalau kita ingin berargumentasi, menyampaikan hal-hal yang sifatnya kritik harus dengan kritikan, ungkapan, data-data, dan cara yang lebih baik. Itulah ajaran Islam yang kita kenali selama ini.