JatimTerkini.com
JatimSurabaya

Gelar Silakwil, ICMI Ingin Berkontribusi Nyata Dalam Mewujudkan Good Governance

Silakwil yang digelar ICMI Jatim
Silakwil yang digelar ICMI Jatim

Surabaya – ICMI Jatim menyelenggaraan puncak acara SILAKWIL (Silaturrahmi Kerja Wilayah) bertempat di ruang Bromo Gedung Bank Jatim jl. Basuki Rahmad, Surabaya (11/3/2023).

Acara Silakwil ini sendiri digelar selama 2 hari. Hari pertama dilaksanakan di Hotel PrimeBiz jalan injoko Surabaya, dan hari kedua di Gedung Bank Jatim.

Di hari pertama silakwil diisi antara lain dengan program Leadership Camp. Sebuah program pengembangan organisasi dan kaderisasi, terutama dalam bidang kepemimpinan. Kegiatan yang diikuti oleh 70 peserta itu dihadiri antara lain oleh Dr. Emil Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur.

Puncak silakwil di hari kedua dihadiri oleh banyak tokoh dari berbagai kalangan. Dari internal ICMI hadir ketua umum ICMI Pusat, Prof. Dr. Arief Satria, yang juga rektor IPB. Juga para dewan penasehat, dewan pakar, majelis pengurus wilayah Jatim, dan para pengurus ICMI Organisasi Daerah (Orda) dari berbagai kabupaten kota di Jatim.

Dari kalangan eksternal, hadir Asisten 3 mewakili Gubernur Jawa Timur, para kyai sepuh, tokoh-tokoh parpol, tokoh-tokoh ormas, bupati dan walikota dari beberapa daerah, ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia Jatim, perwakilan mahasiswa dari beberapa kampus di Surabaya, dan undangan lainnya.

Dalam sambutan presentasinya, ketua ICMI Jatim, Ulul Albab, menyampaikan pentingnya meningkatkan peran ICMI dalam berkontribusi pada 3 domain, yaitu domain State (negara), domain Society (masyarakat), dan Situation (situasi).

“Dalam kajian kami, permasalahan dan tantangan bangsa Indonesia yang kita hadapi saat ini dapat dikelompokkan pada 3 domain, yaitu state, society, dan situation. Dari 3 domain tersebut dapt kita identifikasi problematika dan tantangan yang kita hadapi yaitu.”, ujar Ulul dalam presentasinya di hadapan 250 audieans yang mayoritas tokoh-tokoh Islam di Jatim.

Ulul lalu memberikan penjelasan bahwa “Pada domain state, kita masih menghadapi kondisi rendahnya nilai indeks antikorupsi. Dalam domain society, kita meghadapi dimana kemasyarakatan kita masih diwarnai persaingan dan rebutan akses yang cenderng kurang sehat. Sedang dalam domain situation, kita menghadapi iklim demokrasi yang masih cenderung anomali”.

Dikatakan lebih lanjut, bahwa dengan identifikasi permasalahan dan tantangan tersebut, maka bisa dipahami mengapa di negeri ini ada kecenderungan terjadinya distrust (ketidak percayaan) publik terhadap kepemimpinan yang ada. Tidak hanya itu, muncul juga adanya kecenderungan saling fitnah dan adu domba, sikap permisif, bahkan ada gejala munculnya sikap cuek dari masyarakat kita.

Dari latar belakang pemikiran dan perenungan tersebut, ketua ICMI Jatim, Ulul Albab, yang juga mantan rektor Unitomo 2007-2013 ini, menyampaikan alasan mengapa ICMI Jatim periode ini lebih menfokuskan pada 3 program utama.

“Ikhtiar Program ICMI Jatim tahun 2023/2024 nanti akan lebih memprioritaskan kepada 3 domain permasalahan tersebut. Yaitu; Pertama, berkontribusi untuk mewujudkan terlaksananya Good Governance di semua level pemerintahan. Kedua, berkontribusi untuk mengembangkan civil society (masyarakat madani). Ketiga, berkontribusi nyata dalam mendorong terciptanya iklim demokrasi yang sehat.” imbuhnya.

Pada bagian lain disampaikan, bahwa program kerja ICMI Jatim setahun ke depan dan seterusnya, akan dibagi menurut 3 sendi yang dikembangkan ICMI, yaitu Keislaman, Kecendekiawanan, dan Keindonesiaan.

“Dalam hal Keislaman, ICMI akan melaksanakan kegiatan-kegiatan kajian pemikiran keislaman. Lalu dalam hal Kecendekiawanan, ICMI akan melaksanakan kegiatan dalam bentuk kajian, riset, pengembangan teknologi, dan inovasi. Sedangkan dalam hal Keindonesiaan, ICMI akan mengembangkan kegiatan advokasi kebijakan serta advokasi keummatan dan kebangsaan.” tegasnya.

Demikian Ulul dengan tegas menyatakan keoptimisannya, bahwa dengan semangat berjamaah dan komitmen tinggi para anggota ICMI, serta sinergitas ICMI dengan berbagai elemen penting lainnya, maka tidak mustahil keinginan tersebut dapat diwujudkan, sekaligus mewujudkan terciptanya cita-cita Indonesia sebagai “Baldatun Thoyyibatun Warobhun Ghofur.” pungkasnya.