JatimTerkini.com
Headline JTHukrimJatimTerkini

Curi senpi Paspampres, pria ngekos di Wonokromo diganjar 1,5 tahun penjara

Ketua Majelis hakim Toni Widjaya Hansberd menjatuhjan hukuman 1,5 tahun atau 1 tahun 6 bulan penjara. Foto: ilustrasi

JATIMTERKINI.COM: Budi Santoso, warga Lamongan, yang ngekos di Bagong Gunakan, Kecamatan Wonokromo, akhirnya diganjar ketua Majelis hakim Toni Widjaya Hansberd 1,5 tahun atau 1 tahun 6 bulan penjara.

Pasalnya, dia terbukti mencuri senjata api (senpi) milik Anwar Sazalli, anggota Panpampres.

Amar putusan yang dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Toniwidjaya disebutkan bahwa terdakwa terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pencurian sebagaimana dakwaan JPU (Jaksa Penutut Umum).

“Terhadap terdakwa dihukum pidana penjara selama 1 tahun dan 6 bulan,” tegas Toniwidjaya.

Seperti diketahui, berdasarkan surat dakwaan JPU Yustus One Simus Parlindungan dari Kejaksaan Negeri Tanjung Perak menyatakan, kejadian itu berawal ketika saksi Anwar Sazalli yang merupakan anggota Panpampres setelah melakukan pengamanan atas kunjungan Presiden Joko Widodo di wilayah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Kala itu, Anwar Sazalli menitipkan satu pucuk senjata api jenis MKL / SFP 9 N0. 218-018650 dan satu buah magazen dan 10 butir amunisi Kal 9 MM miliknya untuk diamankan atau dibawa sampai ke Mako Paspampres oleh anggota Paspampres lainnya. Yakni, saksi Deden Wahyu. Kemudian sekira pukul 22.00 WIB saksi Deden mengambil senjata tersebut yang selanjutnya diamankan dalam tas wama hitam menjadi satu dengan senjata api pegangan Lettu Sultan.

Kemudian Pada Jumat tanggal 15 Desember 2023 sekira pukul 11.30 WIB saksi Deden Wahyu bersama dengan anggota tim paspampres lainnya kembali ke Jakarta menggunakan Kereta Api berangkat menuju Stasiun Pasar Turi Kota Surabaya, menggunakan Ran keras RI 1. Deden Wahyu meletakkan satu buah tas warna hitam yang berisi dua buah senjata api milik Anwar dan Lettu Sultan di tempat duduk belakang sebelah kanan Ran keras RI 1.

Setiba di Stasiun Pasar Turi sekira pukul 13.30 WIB, tanpa sepengtahuan Deden Wahyu, teknisi Ran Keras RI 1 mengeluarkan satu buah tas warna hitam yang berisi dua buah senjata api dari dalam Ran Keras lalu diletakkan di tempat duduk penumpang dekat mushola Stasiun Pasar Turi Surabaya. Sehingga ketika kereta berangkat sekira pukul 14.40 WIB tas hitam yang berisi 2 (dua) buah senjata api tersebut tidak dibawa oleh Deden Wahyu.

Selanjutya pada hari Jumat tanggal 15 Desember 2023 sekira pukul 15.00 WIB terdakwa tiba di Stasiun Pasar Turi dari Lamongan menaiki Commuter Line, kemudian pada saat duduk di Mushola terdakwa melihat satu buah tas warna hitam yang terletak di atas kursi ruang tunggu penumpang. Terdakwa mengambil satu buah tas warna hitam tersebut dan dibawa ke dalam mushola. Dia lantas membuka tas tersebut diketahui di dalamnya terdapat dua buah pucuk senjata api. Terdakwa mengambil satu pucuk senjata api Jenis HK/SFP 9 No 218-018650 lengkap dengan satu buah magazen berisi 10 butir munisi Kal 9 MM dengan maksud untuk dimiliki.

Selanjutnya terdakwa mengembalikan tas warna hitam tersebut ke posisi semula. Kemudian terdakwa keluar dari stasiun pasar Turi pulang ke kos yang beralamat Jalan Bagong Ginayan 5 Kel. Ngagel Kecamatan Wonokromo, Surabaya. Senjata api yang diambil dimasukkan dalam tas terdakwa.

Akibat perbuatan itu, Detasemen Pasukan Pengamanan Presiden Grup A mengalami kerugian materiel kurang lebih sebesar Rp 25 juta. Atas perbuatan terdakwa, JPU Yustus One mendakwa dengan Pasal 362 KUHP dan menuntut terdakwa dengan Pidana Penjara selama 2 tahun. Kini, majelis hakim memvonis terdakwa 1 tahun 6 bulan penjara. (Rd)