JatimTerkini.com
EkbisHeadline JTJakartaTerkini

Setahun Pemerintahan Prabowo, Ini Analisis Pakar Ekonomi

Presiden Prabowo Subianto. Foto: Ist/Nt

Ekonomi-JATIMTERKINI.COM: Genap satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, perekonomian nasional menunjukkan stabilitas, meski belum memperlihatkan akselerasi pertumbuhan yang signifikan.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, sepanjang tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bergerak di level yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni di kisaran 5 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal pemerintahan Prabowo-Gibran yaitu pada Kuartal IV 2024 sebesar 5,03 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi yang stabil di level 5 persen ini berlanjut di Kuartal I dan II 2025 yang masing-masing sebesar 4,87 persen dan 5,12 persen.

“Pertumbuhan ekonomi sempat sedikit naik di paruh pertama 2025, tapi belum ada lonjakan besar yang menandakan perubahan struktural di ekonomi kita. Jadi bisa dibilang, ekonomi masih berjalan stabil, tapi belum akseleratif,” katanya.

Menurut Yusuf, kebijakan stimulus ekonomi yang diluncurkan pemerintah memang berperan penting dalam menjaga daya beli masyarakat, terutama di sektor-sektor padat karya dan usaha kecil. Namun, efeknya belum merata ke semua lini pertumbuhan.

Pasalnya, sebagian besar stimulus bersifat jangka pendek dan belum cukup mendorong investasi produktif atau peningkatan kapasitas industri. “Jadi efeknya lebih terasa di konsumsi, bukan di perluasan kapasitas ekonomi,” kata Yusuf.

Senada dengan Yusuf, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai, capaian pertumbuhan ekonomi pemerintahan Prabowo-Gibran sejauh ini mendekati target pada APBN 2025 sebesar 5,2 persen. Namun demikian, dia menilai capaian tersebut belum cukup kuat untuk dikatakan sebagai hasil dari perubahan kebijakan ekonomi. Sebab menurutnya, pola pertumbuhan saat ini masih dipengaruhi tren yang sama seperti pemerintahan sebelumnya.

“Menurut saya memang belum tercapai, tapi sudah mendekati lah 5,2 persen. Ratenya saya kira 5,1 dibagi 5,2 lah gitu ya,” ujarnya.

“Pertumbuhan ekonomi sempat sedikit naik di paruh pertama 2025, tapi belum ada lonjakan besar yang menandakan perubahan struktural di ekonomi kita. Jadi bisa dibilang, ekonomi masih berjalan stabil, tapi belum akseleratif,” ujarnya pada awak media.

Terkait kebijakan stimulus, Tauhid menyebut pemerintah telah meluncurkan setidaknya tiga hingga empat paket stimulus sejak awal tahun ini. Namun, efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi tidak sebesar yang diharapkan.

“Karena ini terkoreksi dengan adanya inflasi kita yang makin tinggi kan 2,5 persen atau di atas 2,5 kan. Nah itu stimulus akhirnya tergerus oleh kenaikan inflasi tersebut,” ungkapnya. Selain itu, besaran stimulus yang dikeluarkan pemerintah sepanjang 2025 juga relatif kecil dibanding kebutuhan ekonomi nasional. “Kalau stimulus itu yang tadinya tidak ada menjadi ada. Kalau ini sudah mereka perhitungkan, itu akhirnya menjadi persisten di daya beli masyarakat. Sehingga pengaruhnya ada tapi tidak besar,” tambahnya. (red/kp)