Polres Trenggalek – Jajaran Kepolisian Resor Trenggalek terus menggencarkan sosialisasi dan kampanye anti perundungan. Hal ini dilakukan untuk mencegah perundungan yang beberapa waktu terakhir marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Sosialisasi anti perundungan ini menyasar kalangan generasi Z. Uniknya, kegiatan ini idak hanya dilakukan pada lingkungan sekolah tetapi juga menyentuh pondok pesantren yang memang cukup didominasi kalangan usia pelajar.
Kapolres Trenggalek AKBP Gathut Bowo Supriyono, S.H., S.I.K., M.Si. melalui Kaurbinops Satbinmas Ipda Agus Siswanto, S.H. mengatakan, pada dasarnya, kegiatan sosialisasi seperti ini sudah rutin dilaksanakan, baik dengan mendatangi sekolah secara mandiri maupun bergabung dengan kegiatan intra sekolah. Salah satunya dengan menjadi pembina upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin pagi.
“Hari ini, sosialisasi anti perundungan kami sampaikan melalui kegiatan upacara bendera di Ponpes Modern Raden Paku, Kabupaten Trenggalek.” Ujar Ipda Agus. Senin, (4/3).
Dalam kegiatan yang diikuti oleh ratusan santri dan pelajar tersebut, Ipda Agus memaparkan tentang seluk beluk perundungan berikut dampak dan risiko yang dialami oleh korban. Perundungan tidak sebatas kekerasan verbal, fisik, ataupun sosial tetapi juga bisa berupa cyber bulliying.
Perilaku perundungan secara fisik bisa berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, termasuk menganiaya menendang memukul dan sebagainya. Secara sosial, perundungan kerap dilakukan berupa pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran.
Sedangkan bentuk perilaku perundungan dunia maya atau cyber bullying dilakukan melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkαn.
Lebih lanjut Ipda Agus menegaskan, dampak perundungan bagi korban diantaranya adalah kepercayaan diri yang merosot, malu, trauma, merasa sendiri, serba salah bahkan sampai meninggal dunia.
“Kalau menyimak pemberitaan, yang masih hangat adalah perundungan di Kediri yang menyebabkan korban meninggal dunia.” Imbuhnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengajak semua yang hadir untuk benar-benar menghindari perilaku yang mengarah pada aksi perundungan. Sesama teman harus saling menyayangi, jika ada yang melakukan perundungan harus diingatkan dan laporkan kepada guru.
“Saya optimis, bahwa pondok pesantren modern raden paku ini dapat menjaga silaturahmi dan kebersamaan, sehingga makin kuat membangun keragaman dan dapat melahirkan generasi-generasi yang mempunyai kecerdasan spiritual, sosial dan moral sebagai modal untuk membangun bangsa.” Pungkasnya.