Surabaya-JATIMTERKINI.COM: Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) wilayah Sidoarjo berkolaborasi dengan SMU Pembangunan Jaya Sidoarjo menggelar Sekolah Kebangsaan (SK) bagi 60 peserta didik.
Sementara kegiatan yang sama juga telah terlaksana pada tanggal 11 Oktober 2024 di Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya dengan 56 mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan.
Berkaitan dengan digital citizenship, maka fakta para pengguna internet Gen Z (45%) merupakan pengguna dengan konsep civility yang rendah menurut Survei Microsoft melalui Digital Civility Index (DCI), terkait Safety and Interaction Online tahun 2021. Hal ini merupakan tantangan bagi Gen Z, terlebih tidak lama lagi akan berhadapan dengan Pilkada 2024. Sebagian besar dari generasi ini merupakan first time voters.
Koordinator Wilayah Mafindo Sidoarjo, Inayah Sri Wardhani menjelaskan, bahwa salah satu persoalan menjelang Pilkada adalah adanya polarisasi politik yang dalam dunia digital semakin tampak jelas maka sebaiknya perlu disikapi dengan menjadi netizen yang tanggap dan tangguh. Sayangnya banyak yang belum memiliki kesadaran pentingnya berdemokrasi dan menjadi netizen yang bijak.
“Program SK diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai pemilih pemula dalam mengidentifikasi dan menyikapi hoaks melalui literasi digital dan pemikiran kritis,” jelasnya.
Peserta sangat antusias mengikuti acara tersebut karena kegiatan dikemas interaktif dimana satu fasilitator membersamai 13 orang dengan materi yang dibagi dalam tiga segmen meliputi tentang pemilu, demokrasi Pancasila, dan penginderaan hoaks pemilu. Acara juga diselingi dengan permainan pesan berantai yang menganalogikan proses distorsi informasi. Kegiatan yang diinisiasi oleh Mafindo dan didukung oleh Google.org, dengan Love Frankie sebagai mitra pelaksana berjalan lancar dan sukses.
“Harapan kami para pelajar dan mahasiswa sebagai pemilih pemula dapat dengan sadar bertanggung jawab mendukung iklim demokrasi dan politik yang kondusif. Mereka juga dapat mempraktikkan demokrasi dan digital citizenship via konten digital di media sosial yang mereka miliki,” tambah Tri Puput Wahyuono, Fasilitator.
“Saya banyak mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang penginderaan hoaks serta bagaimana cara mengidentifikasinya. Saya jadi tahu bagaimana cara mengantisipasi supaya tidak termakan hoaks terutama menjelang PILKADA ini,” papar Raya, siswa kelas 12. (Red)