Surabaya-JATIMTERKINI.COM: Kasus SMAK Gloria 2 Surabaya, yang sempat viral, akhirnya berakhir damai. Pihak yang berseteru saling memaafkan dan bersepakat untuk berdamai.
Meskipun Ivan, salah seorang wali murid SMAK Gloria 2 mengaku jika proses hukum tetap berjalan, tetapi kedua pihak sudah saling memaafkan.
“Masih berlanjut, itu nanti di pihak kepolisian saja untuk menjadi fokus. Biarlah proses secara aturan hukum yang berlaku, tapi yang pasti sudah saling memaafkan,” jelas Ivan kepada awak media.
Sedangkan Nouke, salah seorang yang turut dalam dugaan keributan mengatakan, pihaknya dengan sekolah kini sudah ada kesepakatan perdamaian. Namun, kata dia, kedatangannya ke lokasi hanya untuk mencegah pertikaian, bukan sebaliknya.
“Maksud tujuan saya ke sana bukan sebagai preman. Saya datang untuk mencegah supaya tidak terjadi perkelahian antar pelajar. Tapi diviralkan sebagai preman. Saya tidak dibayar oleh siapapun, harusnya malah berterima kasih ke saya, kok malah dibilang preman,” kata dia lagi.
Sehingga, dalam kasus tersebut diduga adanya kesalahpahaman. “Jadi kami tidak ada masalah apa-apa. Saya sudah minta maaf kepada pihak Gloria dan pihak Gloria sudah menerima permintaan maaf saya. Jadi, kabar yang beredar di sosmed itu tidak benar semua,” terang Nouke.
Nouke yang sekaligus mewakili para temannya pun mengakui telah meminta maaf atas kesalahpahaman dan kegaduhan yang terjadi di SMA Kristen Gloria 2 Surabaya. Begitu juga kegaduhan yang terjadi di media sosial.
Nouke berharap persoalan tersebut dapat dimediasikan dan ditengahi pihak sekolah.
“Kehadiran saya dan rekan-rekan saya di SMA Kristen Gloria 2 hanya sebatas menemani dan menjaga anak didik tinju saya yaitu saudara Excel agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tandasnya.
Dikatakan Nouke, kedatangan dia ke sekolah tidak ada maksud dan itikad buruk untuk mengintimidasi pihak manapun. Sedangkan, apa yang dilakukan oleh Ivan, dia mengaku di luar kendalinya.
“Tindakan seorang orang tua menyuruh orang lain untuk meminta maaf dengan cara berlutut dan menggonggong bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Oleh karena itu seharusnya tindakan tercela tersebut haruslah diproses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dari hati yang paling dalam sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahpahaman dan kegaduhan yang terjadi di lingkungan sekolah SMA Kristen Gloria 2 maupun di media sosial, saya harap permasalahan ini bisa secepatnya diselesaikan,” jelas dia.
Sementara, Penasihat Hukum Nouke cs Richard Handiwiyanto SH MH menyatakan, berterimakasih kepada pihak SMAK Gloria 2 Surabaya. Pasalnya, telah menerima mediasi dan memaafkan kesalahan dari kliennya.
“Terimakasih kepada kepala sekolah dan Yayasan Gloria, sudah mau menerima permohonan maaf kami secara baik-baik,” tegas Richard.
Advokat muda dari HLO (Handiwiyanto Law Office) ini berharap kasus tersebut bisa dijadikan pelajaran bagi para wali murid dan khalayak umum. Sehingga, nantinya tidak lagi mengedepankan emosi, tindakan anarkis, hingga hal-hal negatif lainnya saat anak mengalami masalah dengan sebayanya di lingkungan sekolah maupun umum.
“Ada kesalahpahaman, kami harap setelah ini kesalahpahaman yang beredar bisa segera lebih jelas lagi,” tambah Richard.
Hal yang sama juga dikatakan pengacara SMAK Gloria 2 Surabaya, Sudiman Sidabuke. Kata dia, kesalahpahaman yang terjadi selama ini sudah transparan dan sudah ada permohonan maaf.
“Kemudian ada penerimaan permohonan maaf itu, sehingga kami dengan saudara Nouke dan kawan-kawan menyatakan selesai. Kami tetap melaporkan persoalan yang kedua, nah itu masih berlanjut dan kita serahkan kepada pihak kepolisian,” pungkasnya.
Diketahui, kasus tersebut terjadi pada Senin (21/10/2024) sore. Saat itu, beredar sebuah video keributan di depan SMAK Gloria 2 Surabaya yang viral di media sosial. Ketika dikroscek, keributan itu terjadi antara orang tua salah satu siswa SMAK Gloria 2 Surabaya yang didatangi orangtua salah satu siswa SMA Cita Hati.
Peristiwa itu terjadi diduga karena kesalahpahaman yang terjadi saat pertandingan basket di salah satu mal di kota pahlawan serta disaksikan petugas keamanan perumahan dan anggota polisi. Saat kejadian, banyak sekuriti perumahan dan beberapa polisi berdatangan ikut melerai.
Namun, dari pihak kepolisian memastikan tak ada penganiayaan dalam video yang menunjukkan suasana keributan tersebut. Hanya saja terjadi kesalahpahaman.
Kini, kedua belah pihak, yakni orangtua siswa dan sekolah bertemu untuk mediasi. Keduanya pun sepakat berdamai dan tak memperpanjang permasalahan tersebut. (Rud)